Bulan: Desember 2016

Peran Immawati Dalam Tubuh Ikatan

Peran Immawati Dalam Tubuh Ikatan

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana” (at-taubah:71)

Berangkat dari surah At-Taubah ayat 71 diatas, maka Allah SWT telah memberikan jaminan dan kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki, terkait hak dan kewajiban mereka untuk menjalankan kesamaan tugasnya dalam memeluk agama Islam. Laki-laki dan perempuan dalam beriman sama-sama menegakkan agama dengan amar ma’ruf, menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dalam hidup bermasyarakat. Serta nahi munkar atau mencegah pada kemungkaran yang dapat merusak ketentraman dan merusak akhlak masyarakat.

Sesungguhnya perempuan juga memiliki ruang untuk berada di ranah publik, agama tak menentang hal tersebut. Namun, realitas yang terjadi saat ini malah membuat perempuan berada dalam posisi termarginalkan dalam tataran sosial, hal ini tentu  patut diberikan perhatian tinggi. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai religiusitas, humanitas, dan intelektualitas tentu tidak menutup mata melihat urgensi terkait permasalahan ini, sehingga IMM juga tidak menafikkan adanya hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan.

Artinya, perjuangan ikatan juga bergantung pada Immawati seperti ungkapan yang sering digaungkan bahwa wanita merupakan tiangnya negara. Begitu pula kehadiran IMMawati (baca: sebutan kader perempuan IMM) dalam ikatan menjadi basis pergerakan bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Oleh karena itu, giroh perjuangan harus tertanam dalam jiwa IMMawati untuk mencegah kemungkaran. Apalagi pengaruh zaman yang semakin modern, salah satunya perkembangan teknologi yang semakin pesat ini membuat para pemuda terlalu nyaman dengan tidurnya. Nalar sosial yang memudar, hingga lunturnya sikap kritis dan sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan semakin mudahnya pengaruh hidup kebarat-baratan yang menodai akhlak pemuda bangsa, termasuk kaum perempuan.

Hal inilah yang menjadi tugas dan harus diemban oleh seorang IMMawati. Menyatukan pikiran dan merangkul sesama untuk berada dalam barisan guna mencegah hal-hal yang dapat merusak akhlak, mencegah masuknya ilmu-ilmu yang sengaja dibuat untuk mengkontaminasi semangat kebangkitan muslimah di dunia, serta yang paling penting adalah mencegah hal-hal yang dapat meruntuhkan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Sehingga nantinya, kesadaran sebagai seorang muslimah tidak hanya dimiliki secara personal, melainkan mampu menjadikan ketaatan tersebut sebagai milik bersama. Dengan demikian, terbentuklah Islam yang kaffah di muka bumi ini.

Namun, berbicara tentang perubahan tidaklah segampang membalikkan telapak tangan saja. Ternyata gerak IMMawati saat ini masih belum cukup untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kurangnya identitas IMMawati pada saat ini seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, yaitu budaya membaca, menulis, dan berkarya sudah cukup jauh hilang dari seorang IMMawati. Padahal, untuk menjawab dan dapat berkontribusi terhadap  masalah yang menjadi tantangan dunia sekarang  ialah dengan adanya kesadaran bahwa IMMawati seyogyanya dapat melakukan gebrakan perubahan dengan ilmu yang dimilikinya. Sehingga, IMMawati tidak hanya menjadi sebuah gelar belaka, tetapi pergerakan IMMawati juga harus dibuktikan agar tak lagi dipandang sebelah mata, melainkan mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan kondisi zaman.

immawati-22

Ditambah lagi realitas ikatan yang terjadi sekarang berbicara lain, ternyata tidak banyak IMMawati yang sadar akan perannya di IMM tersebut. Masih ada beberapa diantara mereka yang bimbang dan tak menemukan dunianya dalam berproses dengan IMM. Hal ini merupakan permasalahan besar bagi ikatan, karena jika dilihat sangat kontradiksi dengan kuantitas IMMawati yang lebih banyak dari pada IMMawan pada hari ini. Itu artinya, seharusnya IMMawati juga memiliki peluang besar untuk berada di level pimpinan dalam struktur IMM. Selain itu, seharusnya dengan jumlah IMMawati yang banyak ini mampu memperkokoh barisan bagi kader untuk melebarkan sayap dalam menjalankan misi dakwah. IMMawati juga mempunyai tugas besar dalam membawa perubahan bagi lingkungannya baik dari segi akhlak maupun intelektualitasnya, serta menumbuhkan jiwa humanitasnya dalam mengajak, memberi, dan menampilkan sesuatu pada kebaikan.

Maka dari itu, sikap sadar akan adanya kesetaraan gender harus tertanam dalam diri seorang IMMawati dalam berproses di IMM. Hal ini berguna agar adanya upaya dalam membangun kesadaran IMMawati agar lebih meningkatkan kontribusinya bersama IMM, dan tidak bersikap apatis terhadap pentingnya peran perempuan juga dalam tubuh ikatan. Tidak melulu berbicara tentang IMMawan, namun IMMawati pun mampu mewujudkan apa yang menjadi arah gerak IMM dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah.  Kesadaran yang dibangun ini nantinya bukan untuk membuat sekat antara IMMawan dan IMMawati, melainkan untuk menimbulkan sinergitas antar keduanya tentunya dengan konsep pemahaman gender yang sesuai dalam bingkai ajaran Islam.

Minggu, 4 Desember 2016
Diana Hijri Nursyahbani
(Kabid Immawati IMM FH UMY)