Bulan: Mei 2021

Adam dan Sapiens

Adam dan Sapiens

Oleh : Adinda Rabiki

Berbicara mengenai asal usul manusia memanglah tiada habisnya. Banyak yang berpendapat bahwasanya manusia merupakan hasil evolusi dari monyet. Walaupun, banyak juga yang membantah bahwasanya manusia dan monyet merupakan spesies yang berbeda dan manusia tetaplah manusia, anak dan turunan adam bukan hasil evolusi dari monyet.

Pada faktanya, Charles Darwin sebagai pencetus teori revolusi tidak pernah menyatakan bahwa monyet sebagai nenek moyang umat manusia. Darwin hanya mengatakan bahwasanya nenek moyang semua makhluk itu sama. Ditambah manusia memiliki kemiripan DNA 97% dengan primata.

Dunia Sains modern meyakini bahwasanya manusia yang hidup saat ini merupakan spesies Homo Sapiens. Selain, Homo Sapiens pernah hidup juga spesies manusia lainnya. Sebut saja Manusia Neanderthal, Homo Erectus, Homo Florensis, Homo Wajakensis dsb. Musnahnya Spesies lain diyakini karena dua sebab. Sebab yang pertama, diyakini karena adanya perkawinan silang. Dimana, menurut teori ini manusia sekarang merupakan hasil perkawinan antara Homo Sapiens dengan manusia jenis lainnya. Seperti contoh, Manusia modern yang hidup saat ini di daratan Eropa merupakan gabungan dari Homo Sapiens dengan manusia Neanderthal, Manusia modern yang berada di Asia Timur merupakan gabungan dari Homo Sapiens dengan Homo Erectus.

Selain, teori perkawinan silang terdapat juga teori yang mengatakan bahwa manusia manusia spesies lain selain Homo Erectus telah musnah dikarenakan adanya perpindahan Homo Erectus. Manusia Neandethal dan spesies lainnya tersisihkan. Selain itu, Homo Sapiens memiliki kode genetika yang berbeda dengan Homo Erectus dan manusia lainnya sehingga, tidak mungkin jika mereka dapat berkembang biak. Sehingga, menurut teori ini Homo Sapiens merupakan pengganti dari segala jenis manusia yang pernah ada.

Islam meyakini bahwa nabi Adam lah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S AL- Baqarah Ayat 30 yang menyeritakan diskusi antara Allah dan malaikat. Malaikat meragukan manusia yang akan diciptakan oleh Allah tidak membawa manfaat apapun selain sebagai penghancur dan perusak bumi. Akan tetapi, Allah membela dan melawan keraguan yang sempat dirasakan oleh malaikat. Pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan dan menantang malaikat untuk beradu kecerdasan dengan Nabi Adam dimana Allah mengajarkan kepada nabi Adam dan malaikat berbagai nama benda- benda langit dan tatkala Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan Kembali apa yang tadi disebutkan tidak ada yang menyanggupinya. Akan tetapi, Ketika Allah memerintahkan nabi Adam untuk menyebutkan Kembali nama- nama benda di langit Nabi Adam dapat menyebutkannya dan akhirnya malaikat pun mengakui kecerdasan Nabi Adam.

Perdebatan antara asal mula manusia menurut Darwin dan Al- quran memang tidak pernah selesai. Ada yang mempercayai bahwa manusia merupakan manusia seperti sekarang ini bukan hasil evolusi atau apapun. Ada yang mengatakan bahwa manusia asaat ini merupakan hasil evolusi, dan ada juga yang mengatakan bahwa Nabi Adam merupakan Sapiens yang telah disempurnakan oleh tuhan sehingga, dia memiliki kecerddasan yang membedakannya dengan primata lain.

SEJARAH UMAT MANUSIA DALAM PRESPEKTIF SAINS DAN AL-QURAN

SEJARAH UMAT MANUSIA DALAM PRESPEKTIF SAINS DAN AL-QURAN

Oleh : Hariyo Mahendra

Manusia merupakan makhluk tuhan yang sempurna dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia itu dapat kita lihat dari dari fungsi yang menyatu antara jasad dan ruh dalam tubuh manusia. Sebagai ciptaan terbaik dengan bekal kemampuan yang dimiliki, manusia diberi tugas sebagai khalifatullah fil ard , yakni menjadi wakli Allah di muka bumi. Agar mampu menyelesaikn tugasnya di muka bumi sebaga khalifah manusia diberi keistimewaan dan potensi yang telah tergambar dalam kisah perjalanannya menuju tempat tugasnya yang disebut denganfitrah.

Para filosof mendefinisikan manusia denganberagam pengertian. Menurut Aristoteles manusia adalah “thinking animal‟ atau “hewan yang berfikir” (Muhammad Hatta,1980). Sedangkan Charles Robert Darwin menuturkan dalam hipotesisnya bahwa manusia adalah bentuk akhir daripada evolusi bayat, sedang hewan bersel satu sebagai awal evolusi (Muhammad Shofie Akrabi,2005)

Bagaimana sejarah umat manusia menurut sains dan Al-Quran ? kita sebagai manusia yang berpendidikan harus melihat tidak hanya dari satu kacamata saja. Perlu untuk mengetahui dari berbagai prespektif yang berbeda. Sejarah sebagai ilmu yang mempelajari masa lalu pasti tidak lepas dari asal usul kemunculan umat manuisa. Namun ilmu sejarah juga memerlukan bantuan dari disiplin ilmu yang lain , seperti sosiologi, antropologi, dan juga biologi. Penjelasan tentang asal –usul manusia merujuk pada teori evolusi Darwin dalam ilmu biologi yang sejak kemunculannya menimbulkan kontroversi serta penolakan.Manusia pertama atau purba di Indonesia terjadi pada masa praaksara, jenisnya meliputi Meganthropus ( manusia raksasa), Pithecanthropus yang terdiri dari Pithecanthropus Mojokertenesis dan Pithecanthropus Robustus ( manusia kera yang besar) dan Homo yang meliputi Homo Soloensis, Wajakensis dan Florensiesis. Inti dar teori evolusi Darwin yakni manusia itu adalah hasil evolusi dari kera,dimana primata tersebut mengalami evolusi pada struktur fisik dan daya pikirnya. Dari seekor kera menjadi manusia setengah kera atau kera berjalan tegak sehingga sampai terbentuk menjadi manusia saatini.Teori evolusi Darwin dianggap mengingkari adanya Tuhan dan peranannya dalam menciptakan manusia (Yahya, 2000:1-3) . Seorang cendekiawan muslim Indonesia Dr. Adian Husaini mengemukakan pandangannya bahwa pembelajaran sejarah pada materi manusia purba mengandung masalah karena menggunakan teori evolusi Darwin yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil evolusi dari Hominid bangsa kera. Ia juga mengkritisi buku berjudul Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X, dengan mengatakan penjelasan asal-usul manusia dalam buku tersebut mengandung “kesalahan epistemologis, yang memisahkan panca indera dan akal sebagai sumber ilmu” (Husaini:2014).

Penolakan ini banyak dilakukan dari kalangan agamawan yang menilai teori tersebut bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan teori evolusi dinilai dapat berkembang secara liar untuk menjelaskan bahwa kehidupan ini ada tanpa melalui campur tangan Tuhan. . Ilmuwan muslim asal Turki Adan Oktar atau lebih dikenal dengan nama pena Harun Yahya misalnya adalah salah satu ilmuwan (sebutan ilmuwan untuk tokoh ini juga mengandung perdebatan ) yang dengan gigih menolak teori Darwin. Buku-buku Harun Yahya telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, hampir semuanya bertemakan penentangan terhadap teori evolusi dan Darwin serta bertema pengetahuan yang menguatkan keimanan, dalam hal ini Islam. Buku-buku tersebut telah menjadi rujukan bagi mereka yang tidak setuju dengan gagasan evolusi.Kemudian bagaimana sejarah perkembangan manusia dalam prespektif islam?. Manusia menurut islam adalah ciptaaan yang terbaik yang terdiri dari jasmani yang tersusun dari berbagai organis yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah- pisahkan, lalu dilengkapi dengan jiwa (roh) akal untuk berfikir. Manusia ya manusia tidak dapat disejajarkan dengan hewan atau disamakan. Walau kadang manusia bisa menyerupai binatang dan malaikat dalam hal perbuatannya. Dengan dibekali akal manusia bisa memilih mana yang baik dan buruk tergantung pada individu tersebut. Dari segi biologis manusia dan hewan sama-sama punya hawa nafsu untuk mendapatkan lawan jenisnya, namun manusia jika ia akan mendapatkan lawan jenisnya atau melakukan hubungan sex (biologis), manusia harus melalui proses yang akan membolehkan atau menghalalkannya, yakni sebelumnya ia harus melakukan akad nikah terlebih dahulu, demikian juga kalau ia akan memakan suatu makanan harus dengan basil keringat sendiri, yang bersifat halal lagi baik. Sementara dalam ajaran Islam disamping harus halal lagi baik, pada saat akan menyantap suatu makanan seorang muslim dianjurkan membaca “Basmallah”. Dari segi psikologis yang dimiliki manusia jauh berbeda dengan jiwa (roh) yang dipunyai oleh hewan atau binatang. yang sangat mendasar tersebut adalah bila dilihat dari hal yang dikaitan dengan fungsi jiwa (rob) yang dimiliki oleh manusia itu sendiri,sebagaimanafirmanAllahdalamAl-Qur`an suratal A‟raf ayat 179 yang artinya:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (Q.S. A‟raf:179)

Menurut pandangan islam manusia pertama yang diturunkan atau yang diciptakan yaitu Adam dan Hawa. Dalam beberapa kisah Adam dan Hawa diturunkan oleh Allah ke muka bumi karena memekan buah Quldi yang dihasut oleh iblis. Proses penciptaan Adam terbuat dari tanah yang berbagai jenis, surah Al Hijr (15) ayat 28 yang artinya:“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Sedangkan penciptaan Hawa berasal dari tulang rusuk Adam, surat Al A’raf (7) ayat 189 yang artinya :

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

Sebagian para penafsir kontemporer seperti kalangan feminisme berpendapat bahwa penciptaan Hawa sama seperti Adam yaitu dari tanah. Muhammad Rasyid Ridho dalam bukunya “al-Manar” menegaskan bahwa mufassir yang mengatakan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk adam dipengaruhi oleh penjelasan dalam perjanjian lama (bibel). Dalam Kitab Bibel (Genesis 1:26-27; Imamat 2 : 7 dan 5; Yahwis 2: 18-24 terdapat uraian khusus tentangpenciptaan Adam dan Eve (Hawa). Namun tujuan Hawa diciptakan untuk menjadi pasangan dari Adam yang keduanya memiliki kedudukan yang sama di mata Allah.

Terdapat perbedaan antara agama dan sains dalam menjelaskan tentang sejarah umat manusia di bumi. Sains memaparkan bahwa manusia pertama yaitumanusia purba yang tercipta dari primata yang mengalami suatu evolusi. Pada akhirnya sains hanyalah upaya manusia untuk menemukan kebenaran. Menganggap sains sebagai usaha untuk menafikan agama tentu merupakan hal yang picik. Agama tentu berisi kebenaran yang harus kita imani dengan sifatnya yang abadi sedangkan sains bersifat terbuka untuk dikoreksi.

Sains “Religius” Agama “Saintifik”

Sains “Religius” Agama “Saintifik”

Oleh : Arqam Muhammad Amrullah

Agama dan sains, adalah 2 hal yang beda-beda sama, 2 hal yang selalu mengalami purifikasi dan dinamisasi. Agama dan sains adalah 2 hal yang saling melandasi, agama selalu termaktub pada ajarannya tentang ilmu sains (terkhusus Islam), dan ilmu sains dalam perjalananya selalu banyak merujuk pada ajaran agama.

Namun, dalam polemik yang bergulat hingga saat ini, agama dan sains memilih untuk berdamai dan saling merasa membutuhkan, terlebih dunia saat ini sedang berduka atas merebaknya virus corona. Agama dan sains merubah stigma dan doktrin yang dirasa merugikan, merubah diri mereka masing-masing sebagai agama yang “saintifik” dan sains yang juga“religius”. Pergulatan tak sampai disitu saja, ada para ilmuwan yang menafikan agama dan juga filsafat, merasa kedua hal tersebut tidak diperlukan dalam ilmu sains, menurutnya ilmu sains dan teknologi adalah hal yang berbeda dari agama dan filsafat. Hal ini muncul bukan tanpa sebab-musabab, ini dikarenakan sebelum zaman pencerahan di barat dogma gereja menjadi acuan tiap manusia yang bersifat bisa dibilang otoriter, hal ini membuat para ilmuwan, filsuf menjadi kaku dan mengalami kemunduran. Titik baliknya adalah zaman Reinesance, dimana banyak para manusia sadar akan kebebasan berfikir dan tidak terkekang oleh dogma-dogma agama dan setelah itu ilmu pengetahuan dan tekonologi mengalami kebangkitan. Bermula dari situlah para ilmuwan merasa agama dan dogma-Nya tak perlu didengar-tak perlu digubris ditinggalkan begitu saja.

Stephen Hawking sebagai pihak ilmuwan sains yang diklaim ateis pernah berkata bahwa “sains saja sudah cukup untuk menjelaskan semuanya”, secara tidak langsung hal tersebut menimbulkan lubang yang nyata dalam sains kata Haidar Bagir, sains mungkin bisa menjelaskan semuanya yang “bersifat empiris” namun dalam metafisis, materialisitik mereka secara tidak langsung membuka kecacatan akannya. Paul Karl Feyerabend juga mencatat dan memberikan garis besar bahwa keberhasilan sains tidak semata-mata karena metodenya sendiri, tetapi juga karena telah mengambil pengetahuan dari sumber-sumber yang tidak ilmiah. Dalam perdebatan ini, ternyata para ilmuwan sains juga terpecah menjadi 2 kubu, yakni kubu rasio-deduktif dan empiris-induktif. Rasio-deduktif dalam filsafat adalah pemahaman bahwa pengetahuan didapat dengan nalar (reason), rasio ini memiliki tiga asas: (1) pengetahuan dan gagasan-gagasan itu adalah ide bawaan manusia sebelum ia diciptikan dalam bentuk manusianya bersifat deduktif; (2) gagasa-gagasan yang membentuk kemampuan manusia bersifat bawaan; (3) semua bentuk pengetahuan pada dasarnya bersifat bawaan. Sedangkan empiris-induktif adalah pandangan bahwa pengalaman indrawi adalah salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan. Manusia diibaratkan seperti kertas kosong yang tidak tahu-menahu akan segala sesuatu, lalu mendapatkan pengetahuan karena pengalaman indrawi itu sendiri. Berbeda dengan rasio, konsep empiris ini mengatakan bahwa manusia tidak memiliki ide bawaan yang sudah intrinsic dalam dirinya sehari lahir. Mereka saling klaim-mengklaim bahwa kubunya lah yang benar, rasio menyalahkan empiris, empiris juga menyalahkan rasio. Namun, jika kita menydari bersama bahwa ilmu pengetahuan atau sains sendiri pada dasarnya menurut Thomas Kuhn adalah bahwa setiap aliran atau kubu sains itu ditentukan oleh paradigma yang dipakai oleh saintis atau masyarakat ilmiah yang memperkenalkan suatu teori dalam sains. Dalam hal tersebut pula Hiadar Bagir mengemukakan pendapatnya bahwa sains tidak selalu berfokus pada kebenaran akan sesuatu, melainkan juga dengan relevansi dan kegunaan ilmu tersebut dalam menjawab persoalan-persoalan kontemporer yang beredar di masyarakat social.

Fakta yang ada yang dikemukakan oleh para ilmuwan besar abad pertengahan, mereka mengatkan bahwa sains itu juga merupakan produk khayal, dimana ide-ide yang muncul untuk menciptakan ilmu sains itu sendiri didapat juga dengan berimajinasi, baik dengan bermimpi atau dengan keadaan terjaga. Einstein berkata bahwa dirinya adalah seniman, karena dia berimajinasi untuk mendapatkan ide-ide sains, dan tidak terpaku hanya pada terori pengetahuan yang rasional. Ada banyak ilmuwan lain juga yang sepakat dengan Einstein bahwa sains itu seperti ilham, melalui mimpi imajinasi dan kadang pada keadaan yang tidak diduga. Adapula ilmuwan muslim yang menemukan sains dengan kitab suci Al-Qur`an, hal ini sedikit-sedikit mulai membuka pintu persatuan tentang relasi ilmu, agama, filsafat dan seni yang dari masa ke masa semakin selaras.

Di sisi lain, argument bahwa ilmu sains itu lebih superior dan beradab daripada agama bisa dipatahkan. Kita semua memang paham perang yang berkecamuk dahulu disebabkan oleh crash agama semitik Islam dan Kristen dimana hal tersebut seakan-akan menjadi menakutkan, bahwa agama itu mematikan sedangkan sains tidak. Sejarah pun punya cerita dan punya versi pemahaman masing-masing juga, bahwa kita harus pahami letak perbedaan mendasar dari agama dan sains sehingga kita bisa nggeh sebab-musabab suatu permasalahan. Sains dan agama secara ontologis atau wujud masuk dalam ranah yang sama: keduanya termasuk aktivitas mental manusia, meskipun dasar fundamentalnya berbeda; agama dengan bersumber wahyu; sains dari observasi dan data empiris.

Menurut teolog Lutheran Paul Tillitch agama termask pada hal yang begitu mendalam yang mempengaruhi fisiki, jiwa, dan emosi akan manusia yang menyangkut pada pertanyaan mendasar hidup manusia itu sendiri atau sering kita sebut aspek fundamental. Perbedaan terkait ultimate concern ini memang sering menimbulkan perselisihan, karena memang menyangkut emosi manusia, akan kepercayaan. Sedangkan sains itu sendiri bersifat rasional, dan cenderung tidak menyangkut akan emosi manusia yang terdalam. Begitu juga dengan ilmu-ilmu lainnya, para ahli tidak akan mendebatkan suatu tesis, argument maupun pendapat orang terhadap suatu ilmu, bahkan akan merasa senang jika mendapat kritik yang membangun.

Dari pernyataan tersebut mungkin akan timbulah suatu pernyataan bahwa ajaran agama memanglah keras-keras fleksibel, karena menyangkut akan suatu aspek yang fundamental bagi diri manusia, mempertahankan argmen agamanya baik antar mazhab dalam agama Islam maupun dengan agama-agama lain menjadi kewajiban bagi setiap penganutnya.

Namun seiring berkembangnya zaman mulai banyak fatwa ulama, ormas maupun mazhab yang mulai dinamis dan purifis, dimana tidak semua harus diselesaikan dengan fisik belaka, toleransi bisa menjadi jalan keluar salah satunya.Sekiranya perbedaan pendapat akan 2 hal agama dan sains ini tidak akan pernah selesai, tugas kita kedepannya adalah mengamini setiap ilmu sains yang telah terbukti dan berdasar, lalu mengimani dogma agama dengan tetap tawadhu.

REFLEKSI TERHADAP DINAMIKA PERKEMBANGAN KELAS BURUH

REFLEKSI TERHADAP DINAMIKA PERKEMBANGAN KELAS BURUH

Oleh : Muhammad Fauzi

Emansipasi ekonomi dengan slogan “globalisasi” telah membawa dampak sosial, dan semua lapisan masyarakat telah merasakan dampak tersebut secara langsung. Reaksi politik yang merepresentasikan kepentingan hierarkis merupakan akibat yang tak terhindarkan. Sayangnya, respon politik tersebut masih berselang-seling, tanpa arah, bahkan menimbulkan konflik horizontal. Dari perspektif kelas, kontradiksi antara kelas yang berbeda adalah hukum obyektif yang disebabkan oleh kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang berbeda. Kontradiksi antara pekerja dan pekerja tidak terkecuali. Namun fakta menunjukkan bahwa kontradiksi bukanlah masalah utama, melainkan hanya akibat dari situasi yang lebih mendasar. Di sisi lain, pada tataran sosial dapat ditemukan kesamaan kepentingan untuk melaksanakan perjuangan bersama, terutama sebagai satu kesatuan identitas yang disebut buruh.

Sejak pertengahan tahun 1997, tekanan yang sangat besar akibat krisis ekonomi global yang terjadi saat ini telah mempengaruhi hampir semua sektor masyarakat, terutama masyarakat bawah. Di satu sisi, situasi ini telah melahirkan berbagai ekspresi politik bahkan kontradiktif di antara berbagai elemen masyarakat. Namun di sisi lain, ekspresi politik yang berbeda ini dapat menemukan muara yang sama sesuai dengan kondisi yang terus berubah yang mereka butuhkan.

Dampak awal dari kebangkrutan industri adalah pengangguran individu. Karena kasusnya begitu luas dan ekstensif, maka tidak bisa lagi disebut sebagai fenomena. Selain itu, karena penurunan kapasitas produksi dan penurunan pangsa pasar produk pertanian impor, arus penduduk di perdesaan terus meningkat akibat penurunan produksi pertanian. Biaya bekerja di sektor pertanian seringkali lebih tinggi, terutama untuk pertanian kecil dengan modal yang lemah. Mereka memilih untuk meninggalkan cara produksi lama, mencari bentuk pekerjaan lain di perkotaan, atau tinggal di desa, tetapi bukan sebagai produsen hasil pertanian.

Setelah keluar dari cara produksi lama, mereka terbagi menjadi tiga pilihan, yaitu memasuki sektor industri dan menjadi pekerja upahan, terutama di industri berketerampilan rendah; menjadi pekerja imigran dengan kapasitas terbatas; atau memasuki sektor informal atau menganggur. Dalam sektor informal ini, asal muasal dari tiga kelas bertemu, yaitu: 1) kelas pekerja meninggalkan tempat kerja; (2) borjuasi kecil dan semi-proletariat yang memilih bekerja sebagai au pair; (3) burjuasi kecil memiliki baru saja meninggalkan kelas keluarga Terpisah dari Cina, dan memasuki pasar tenaga kerja sebagai tenaga kerja baru di lingkaran keluarga.

Doug Lorimer dalam artikel-nya “Kelas-Kelas Sosial dan Perjuangan Kelas” mengatakan: “Di antara berbagai pengelompokan sosial yang ada, pengelompokan yang paling utama dan jelas adalah pengelompokan berbasis kelas. Pertama, kelas-kelas itu tumbuh dari fondasi-fondasi masyarakat yang paling mendasar, yaitu dari relasi masyarakat/ manusia dengan alat-alat produksi yang menentukan relasi-relasi lainnya. Kedua, kelas merupakan pengelompokan sosial yang paling kuat dan paling banyak keanggotaannya di tengah masyarakat, yang relasi-relasi serta perjuangannya amat mempengaruhi jalannya seluruh sejarah kehidupan sosial, politik, dan ideologi masyarakat.

Pandangan Marxis menyatakan bahwa selain proses reproduksi, produksi sosial adalah syarat utama kelangsungan hidup manusia. Dalam proses produksi terjadi interaksi antara manusia dengan alam dan antara manusia dengan manusia. Interaksi antar manusia disebut hubungan sosial produksi. Ketika produksi dan hubungan sosial antara manusia menjadi tidak seimbang karena kepemilikan / penguasaan pribadi atas alat-alat produksi, kelas sosial akan muncul. Dalam proses perkembangannya, kontradiksi antar kelas telah menjadi sejarah panjang masyarakat kelas, terutama antara kelas yang tidak dapat memperoleh alat produksi dengan kelas yang memiliki dan menguasai alat-alat produksi. Dalam proses perkembangannya, kontradiksi antar kelas telah menjadi sejarah panjang masyarakat kelas, terutama antara kelas yang tidak dapat memperoleh alat produksi dengan kelas yang memiliki dan menguasai alat-alat produksi. Kelas tanpa alat produksi tertekan oleh kebutuhan kelangsungan hidup, sehingga secara sadar atau tidak sadar, hubungan produksi yang timpang terjalin dan menjadi kelas yang tereksploitasi. Kontradiksi antar kelas ini telah melahirkan tatanan sosial baru dalam sejarah peradaban manusia.

Istilah orang pekerja lahir untuk membentuk identitas yang bersatu di antara kelas yang berbeda, tetapi berkontribusi pada pekerjaan sosial untuk memenuhi kebutuhan sosial. Secara ideologis dan politis, istilah ini juga memberikan batasan bagi kelas sosial lain yang belum memberikan kontribusi pekerjaan sosial kepada masyarakat. Ada kontradiksi yang tak terelakkan di antara kelas-kelas sosial ini, tetapi kontradiksi ini tidak fundamental, atau hanya ekses dari situasi yang lebih mendasar, yaitu eksploitasi kelas kapitalis besar.

Kesimpulan dari analisis kelas adalah bahwa setiap tindakan atau pilihan politik didasarkan pada kepentingan kelasnya. Sanggahan analisis dari perspektif ini seringkali membawa beberapa argumen. Pertama, tindakan atau pilihan politik dapat didasarkan pada faktor non-kelas yang sama (dalam pengertian Marxis), seperti ras, jenis kelamin, agama, dll. Kedua, dalam perkembangan kapitalisme belakangan ini, analisis dari perspektif kelas telah kehilangan konteksnya, karena dengan munculnya masyarakat kelas menengah kapitalis, kapitalisme saat ini telah menghilangkan perbedaan kelas.

Selain kesalahan yang cukup besar, argumen tersebut juga mengandung banyak kelemahan. Memang, faktor non-kelas juga tampaknya menjadi alasan seseorang membuat pilihan politik, tetapi alasan ini hanyalah penampilan dari sesuatu yang lebih penting. Misalnya, fasisme Hitler sebagai contoh, yang lebih unggul dari ras Arya daripada ras lain di dunia. Perbedaan rasial di sini adalah memanjakan kepentingan kelas kapitalis Jerman, kepentingan kelas kapitalis Jerman membutuhkan penguasaan kapital dan ekspansinya ke benua eropa dan negara-negara kolonial. Kelas kapitalis Jerman berhasil memanipulasi kesadaran massa, termasuk rakyat pekerja, untuk mendukung kepentingan kelas penguasa. Penilaian serupa dapat diterapkan pada kasus-kasus yang menunjukkan sikap politik terhadap kelompok agama. Fundamentalisme berawal dari kenyataan bahwa keyakinan agama adalah salah satu bentuk ekspresi politik yang terlihat, tetapi sebenarnya berakar pada kepentingan ekonomi dan politik kelas ini. Klaim ini dapat dibuktikan dengan menyelidiki akar penyebab konflik.Membangkitkan suasana religius. Lebih jauh, memanipulasi kesadaran publik adalah cara paling efektif untuk mendapatkan dukungan komunitas untuk ide-ide tertentu. Dari sudut pandang kelas, keuntungan dari analisis adalah dapat menembus ke dalam selubung gejala.

Pada tahun 1998, pertumbuhan industri nasional turun menjadi negatif (-) 13,10%, sedangkan pada tahun 1996 mencapai 11,66%. Pada tahun-tahun berikutnya tidak terjadi pemulihan yang besar, bahkan terancam oleh berbagai kebijakan makroekonomi yang ditempuh pemerintah, seperti pencabutan subsidi BBM. Dalam tiga tahun terakhir dari 2001 hingga 2003, pertumbuhan sektor industri hanya mencapai 3,95% dan 3,68% berturut-turut, tetapi turun menjadi 2,83% pada tahun 2003.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, hasil perhitungan menunjukkan bahwa selama periode 1988-1997, penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur rata-rata meningkat sebesar 7,1%. Pasca krisis (1998-2002), daya serap ini turun tajam, turun menjadi rata-rata 1,9%. Faktanya, tingkat penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur pada tahun 2002 hanya 0,2%, jauh lebih rendah dari 3,8% pada tahun 2001. Persentase ini jelas di luar proporsi jumlah karyawan baru dan jumlah pengangguran akibat penutupan pabrik dan relokasi. Misalnya, sejak 2001 hingga Juli 2002, jumlah pekerja yang diberhentikan secara resmi di sektor tekstil dan produk tekstil mencapai 33.894. Oleh karena itu, asumsi pengurangan yang sama dapat diterapkan pada sektor industri lain yang juga terkena dampak krisis, seperti industri kayu (termasuk furnitur), baja, timah, dan beberapa sektor pertanian.

Banyak kebijakan ekonomi makro lainnya juga berkontribusi pada deindustrialisasi ini, termasuk penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahunan dan liberalisasi perdagangan. Kenaikan harga BBM berdampak negatif pada sebagian besar industri, terutama yang menggunakan BBM sebagai salah satu bahan baku industrinya. Sementara itu, liberalisasi perdagangan telah menimbulkan persaingan yang tidak merata antar produsen dalam negeri yang kehilangan modal dan teknologi yang berdampak pada daya saing harga komoditas. 50 Dampak dari kondisi di atas pada kelas pekerja dan semua pekerja termasuk:

Pertama, terlihat jelas bahwa semakin banyak kelas pekerja yang kehilangan pekerjaan.

Kedua, posisi tawar serta harga tenaga kerja kelas buruh menurun.

Ketiga, tuntutan kompetisi industri mengharuskan adanya efisiensi produksi, termasuk cost untuk upah buruh.

Keempat, dampak lebih luas adalah yang dialami oleh semua rakyat pekerja, kelas buruh, dan kelas pekerja lain.

ersoalan komunitas adalah persoalan persatuan penduduk di wilayah tertentu dengan latar belakang kelas yang berbeda-beda. Organisasi berbasis komunitas membutuhkan kemampuan untuk menemukan kesamaan dalam kategori yang berbeda untuk menghasilkan sejumlah kekuatan. Untuk menghindari kebingungan dalam penafsiran, istilah komunitas di sini perlu lebih spesifik, yaitu komunitas yang terdiri dari kelas pekerja industri, semi-proletariat, dan borjuis kecil yang miskin. Kecuali pada industri pertanian yang biasanya menempatkan kawasan pemukiman pekerja di dekat perkebunan, pekerja pada sektor industri lainnya cenderung berintegrasi ke dalam komunitas yang terdiri dari berbagai kelas sosial. Dari segi lokasi, pekerja industri lebih dekat ke pinggiran kota, sedangkan pekerja jasa lebih merata.

Ada  dua  hal  yang  harus  dijawab  dalam  mengorganisasikan  komuni-tas, yang satu berkualifikasi prinsipil dan  lainnya  kualifikasi  teknis.  Hal  yang  prinsipil  adalah  menemukan  kesamaan  problem  dan  isu  untuk  dijadikan pembahasan bersama da-lam   komunitas,   dan   menemukan   jalan keluar bersama. Sementara itu, hal   teknis   yang   perlu   dilakukan   adalah menemukan metode pengor-ganisasian, bentuk organisasi komu-nitas, dan jenis aktivitas untuk me-nyatukan berbagai perbedaan dalam satu komunitas.

Dalam komunitas dengan definisi khusus yang disebutkan di atas, masalah kesejahteraan atau jaminan kesejahteraan adalah masalah rata-rata dan mendesak yang perlu diselesaikan oleh sebagian besar anggota. Masalah kesejahteraan terkadang bersumber dari masalah tertentu, dan dengan demikian secara formal menjadi batas bagi perjuangan kolektif. Meskipun mereka memiliki penyebab yang sama menurut logika ekonomi dari masalah yang tampak, anggota masyarakat tidak serta merta harus memahami logika ini dengan segera. Misalnya, pekerja yang menghadapi PHK dan pekerja konvektif menghadapi masalah tidak adanya jaminan sosial. Semua orang melihat ini sebagai dua masalah yang terpisah, jadi metode untuk menyelesaikannya diterapkan secara terpisah. Penjelasan masalah yang kurang dipahami masyarakat sangat penting, bahkan perlu terus ditingkatkan melalui berbagai kegiatan diskusi, bahan bacaan, dll. Namun, sampai batas tertentu, komunitas perlu beradaptasi dengan keadaan kesadaran yang obyektif untuk mencapai kesepakatan atau mengambil tindakan kolektif. Dalam menentukan masalah tersebut, perlu dijelaskan kepentingan masing-masing departemen atas masalah yang diangkat, termasuk kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.

Pengalaman perjuangan sejak 1998 merupakan aset penting bagi kelas pekerja di masa depan. Persatuan dan kembali ke komunitas adalah langkah politik untuk memperkuat status kelas pekerja dan memberikan dan mendapatkan dukungan dalam perjuangan dalam lingkup yang lebih spesifik. Bagi kelas pekerja lain yang tidak terbiasa berjuang melalui organisasi tertentu, kesempatan ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan kapabilitas politik.

Selama pemerintah tidak melakukan perubahan yang mendasar, maka pembangunan politik dan ekonomi akan banyak melahirkan masalah sosial baru, dan seluruh rakyat pekerja harus menghadapi masalah tersebut. Pengorganisasian komunitas dalam masyarakat merupakan salah satu langkah untuk mengantisipasi dan memperkuat penanganan permasalahan tersebut. Hal penting yang perlu diperhatikan, selain melampaui batas departemen di wilayah tertentu, organisasi kemasyarakatan pekerja juga perlu diperluas jejaring dan koordinasi. Setidaknya ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh pekerja.