Bulan: April 2017

Seni dan Realitas Sosial

Seni dan Realitas Sosial

Pada hakikatnya dalam pengertian dasar budaya adalah pusat kesadaran dan
kehidupan manusia. Dalam konteks lain, sekedar kritikan : buat gerakan kesenian/kebuyaanrakyat yang sekarang ada, hanya menjadi pemanis ketika ada aksi-aksi massa, seniman danbudayawannya hanya menjadi pengisi musik dan pembaca puisi saja dalam aksi-aksi massayang digelar ketika massa aksi sudah mulai lelah berdemonstrasi, padahal yang lebih pentingadalah bagaimana mengorganisasikan rakyat lewat kebudayaan kiri di kampung-kampung dan memobilisasi mereka dalam aktifitas-aktifitas revolusioner.

Maka, bentuk kebudayaanyang mempunyai isian propaganda sosialisme akan tercermin dalam dua hal, yaitu politik kiri dan kebudayaan kiri. Saya mengambil contoh atau gambaran seperti apa politik kiri dan budaya kiri. Marilah kita lihat seberapa besarnya sekarang politik hanyalah berdiri atas kepentingan satu kubu yaitu kekuasan tanpa menimbang bahwa secara hirarki rakyat lah di posisi paling tinggi.

Kita kilas balik dimana posisi politik sekarang ini apakah masih mempertimbangkan rakyat adalah pencapain atau kekuasan lah sesungguhnya puncak dari pencapaian. Politik kiri adalah suatu perjuangan melalui sistem politk yang secara besar selalu peka dan melibatkan Rakyat dalam kepentingan apapun secara transparan, sedangkan kebudayaan kiri adalah bentuk dari kebiasan sebagian besar dikemas dalam kesenian yang mengambarkan kearifan daerah yang berkembang secara turun temurun dan
mengandung isian kritikan atau propaganda terhadap kondisi realitas sosial.

Lantas budaya adalah senjata untuk mengerakan atau memobilisasi massa. Dengan mengunakan metode persuasif (pendekatan) akan menghasilkan nilai tambah dimana bisa berbaur dengan mereka. Di zaman postmodern sekarang ini telah banyak nilai-nilai yang hilang akan semua itu. Banyak dari mereka yang memandang sebelah mata tentang budaya bahkan seni itu sendiri. Kondisi sekarang ini mengangap seni ataupun budaya hanya dianggap sebagai pertunjukan hiburan semata. Bagi mereka memandang seni identik dengan estetika, begitu mudahnya mengambil kesimpulan tentang keindahan. Lantas apa hubungan antara seni dan budaya? , ibarat mata koin tidak bisa dipisahkan yang jelas kebudayaan adalah hasil dari penciptan seni yang diciptakan berdasarkan nilai keaarifan lokal. Kembali ke seni kajian lebih lanjutnya seni adalah pemaknaan atas kehidupan.

Apa kegunaan seni? Seni hendak merumuskan sesuatu yang belum dirumuskan ataupun dalam contoh lain sebagai brntuk propaganda yang diexpresikan visual ataupun non visual . Contoh kesenian dan kebudayaan sebagai media perlawanan adalah Ludruk kesenian asli dari Jombang, Jawa Timur dimana isian pertunjukan nya mengandung unsur kritikan sosial yang dimuat dalam komedi berdasarkan dari kehidupan keseharian. Banyak contoh lain salah satunya lewat Musik, tentu kawan-kawan semua tau lagu buruh tani atau judul aslinya lagu pembebasan dimana karya sastra tulisan lirik-lirik sajak yang dikombinasikan dengan musik terlihat jelas bukti bahwa sampai sekarang masih kita dengar dan kita hafal betul alunan biasa dinyanyikan dalam aksi dipercaya sebagai pembawa semangat nurani.

Namun yang disayangkan sekarang ini saya berpendapat adanya pengolongan antara seni kalangan atas dan kalangan bawah. Cotohnya menganggap bahwa bentuk kebudayaan hanyalah seni kelas bahwa karena berkembang nya didaerah-daerah kalau seni kelas atas mereka berpendapat seni yang modern dan memiliki penikmat golongan tertentu.

Harta yang berharga hanyalah budaya bagi Indonesia. Mengapa demikian ? saya berpendapat jika di masa depan nanti semaju-majunya indonesia terpelintir oleh arus
postmodern dan kehidupan sudah tidak bisa terkontrol maka akan balik ke landasan pondasi yaitu kebudayaan. Berbicara kasarnya sehancur-hancurnya Indonesia akan balik ke budaya. Tidak ada yang bisa dibanggakan dinegeri Indonesia ini, kamu mau mengandalkan apa? Perekonomian,politik, atau kekayaan ? . Semua itu sudah terkapitaliskan oleh sistem. menurutmu kesenan budaya apakah bisa dikapitaliskan ? saya mengakui jika ada yang berpendapat bahwa tidak ada yang bisa lepas dari kapitalisme dengan alasan kita lahir saja udah berkapitalis.

Tetapi kali ini saya mencoba untuk mencari solusi gambaran melewati jalur apakah yang tepat untuk sedikit mengurangi kadar kepitalisme. Tentu semakin berkembangnya zaman sifat kapitalisme sejalan lurus dengan zaman. Itu yang mendasari muncul pertanyaan kenapa kita tidak pernah menang melawan kapitalisme? Yah, itulah mereka lebih maju untuk memikirkan inovasi tentang kendala dan resiko. Berbanding lurus dengan kita ketika ada bau-bau ketimpangan ada baru disitu kita mencoba untuk melawannya kenapa tidak mencegahnya saja? Atau meraba-raba ketika api belum sempatmengeluarkan semburan api disitu kita siram.

Memang sulit, dengan keterbatasan informasi dan basic kita yang didesain untuk tidak memikirkan itu atau belum banyak yang sadar tentang itu. Apalagi begitu risihnya mendengar kata-kata mahasiswa sebagai agen perubahan. Coba buktikan apa yang bisa dirubah oleh mahasiswa?.

Agen perubahan adalah rakyat walaupun mahasiswa bagian dari rakyat tetapi tidak mewakili secara besar. Kebudayaan lah yang tidak bisa dimasuki oleh kapitalisme secara pesan isian. Berbeda dengan pengertian bahawa budaya sudah di komersialkan dalam hal ini merupakan bentuk dari pelestariaan Telah banyak kasus didepan kita tentang ketimpangan-ketimpangan namun kita sebagai pelopor atau hanya mengambil peran sebagai akademisi saja,itu pilihan. Berbicara tentang ujung akar ketimpangan sosial itu kapitalisme tapi kita bisa mengingkari tanah yang kita pijak memanglah begini adanya sebuah bangsa dimana para pemegang kekuasaan mempunyai sifat-sifat ciri khas Mari memperbaiki diri jalin dan terus saling menjahit bendera-bendera perjuangan lain tidak ada mengkotak-kotak an antara kiri dan kanan.

 

Berlian Gemma Putra
Yogyakarta