Hari: 10 Februari 2019

Merawat Idealisme IMM menuju Gerakan Transformatif

Merawat Idealisme IMM menuju Gerakan Transformatif

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu , bangsa yang gandrung keadilan, Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.

Kami Mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.

( Sumpah Mahasiswa Indonesa )

  1. IMM adalah gerakan mahasiswa islam
  2. Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
  3. Fungsi IMM sebagai eksponem mahasiswa dalam muhammadiyah
  4. Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah IMM
  5. IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara
  6. Amal IMM adalah Lillahi Taala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat

( Enam penegasan IMM )

Pendahuluan

Begitu banyak kisah heroik yang dilakukan oleh mahasiswa yang menjadikan mahasiswa sebagai tokoh yang disegani di Republik ini. Mahasiswa melatarbelakangi perjuangannya dengan tetap konsisten untuk berpihak kepada rakyat dan secara otomatis melawan pemerintah yang zalim terhadap rakyat. Mahasiswa yang nota benenya merupakan rakyat juga, dimandatkan untuk menjadi perwakilan rakyat yang tentu berbeda dengan perwakilan rakyat yang di senayan yang sudah berselingkuh dengan korporasi sekaligus menghianati harapan rakyat Indonesia. Representatif mahasiswa sebagai perwakilan rakyat adalah panggilan murni dari lubuk hati untuk melihat bangsa ini, menjadi bangsa sejahtera sebagaiamana diucapkan konstitusi yang sering digaungkan oleh penguasa sebagai akal bulusnya,

Nalar Mahasiswa tentunya selalu  mengarahkan pribadinya untuk terus kritis terhadap situasi dan kondisi yang sekarang terjadi dan yang akan datang nantinya juga. Sejak berdirinya Boedi Oetomo dan ikrar Sumpah pemuda, Pemuda/ Mahasiswa bersinergi untuk menyatukan diri untuk melawan penjajahan pada waktu itu yang kemudian berhasil membawa indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan. Pasca kemerdekaan pun, Mahasiswa masih konsisten untuk mengawal pemerintahan untuk berjalan baik, terbukti dengan berakhirnya ‘’orde lama’’ sampai tumbangnya rezim otoriter “orde baru. Hal ini sebenarnya menjadi alram bagi elit kekuasaan sekaligus pembelajaran kepada mereka, bahwa mereka harus sadar, ketika pemerintahan sudah menjadi rezim yang lupa akan cita-cita bangsa indonesia, maka ada satu kelompok yang akan berteriak dengan lantang, berdiri di baris terdepan dalam barisan rakyat untuk menumbangkan rezi tersebut.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ) sebagai gerakan mahasiswa dengan simbol merahnya sudah seharusnya menjadi garda terdepan untuk menyerukan kepentingan bangsa dan rakyat. Penggunaan warna merah sebagai simbol IMM selain sebagai anti tesis terhadap dominasi tunggal merah oleh kaum PKI dan kelompok ideologi revolusioner sekalipun pada titik tertentu IMM juga merupakan gerakan revolusioner, tetapi juga sebagai identitias terhadap pro rakyat. Warna merah IMM pertanda gerakan IMM selalu berpihak kepada rakyat. Sehingga penggunaan simbol merah sebagai identitas IMM bukan hanya digunakan untuk melawan rezim dan monopoli simbol juga sekaligus sebagai keberpihakan rakyat yang diilhami oleh spitirit Teologi Al – maun dalam gerakan IMM, yang menjadi tradisi keilmuan dan praksis dalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah dalam membuat perubahan sosial di masyarakat.

Pembahasan         

Semua gerakan apapun selalu memiliki prinsip perjuangan yang di tekuni. Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai Idealisme gerakan, idealisme ini tentunya menjadi titik acuan atau menjadi konsep besar dalam tubuh organisasi yang kemudian diaktualisasikan oleh kader-kadernya sekreatif mungkin. Artinya ketika ada sebuah organisasi tanpa idealisme perjuangan, bisa jadi organisasi tersebut adalah organisasi ilusi. Idealisme gerakan juga berfungsi untuk menggiring dan mengontrol jalannya roda organisasi sekaligus mengarahkan kader-kadernya untuk mentrasferkan dimensi ide ke dimensi realitas. Oleh karena itu sangat penting untuk mengenali kepribadian organisasi kita dalam hal ini adalah IMM. Maka, hal yang paling mendasar diketahui oleh kader IMM adalah bagaimana memahami idealisme gerakan yang menjadi konsep besar sekaligus pijakan IMM, untuk digerakkan agar nilai-nilai idealisme tersebut tidak hanya melangit namun juga membumi untuk menegaskan kepada siapa dia berpihak.

Enam penegasan menjadi idealisme gerakan yang melekat dalam tubuh kader dan orgnaisasi IMM. Kelekatan tersebut sejak ia dideklariskan berdirinya IMM di yogyakarta yang kemudian dideklarasikan ulang di Solo. Keberadaan Enam penegasan ini haruslah senantiasa dijadikan pedoman disegala sektor aktivitas IMM agar tercapai tujuan IMM. Selain berkaitan historis kelahiran IMM, juga berkaitan dengan kepribadian IMM itu sendiri. Maka basis enam penegasan yang kemudian melahirkan Trilogi IMM yakni religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Harus dimaknai tidak secara aspek nilai, melainkan juga gerakannya. Pertanyaannya sekarang, diumur IMM yang sudah melewati setengah abad ini, apakah nilai tersebut masih kita rawat sebagai identitas gerakan atau hanya menjadi nilai formalitas untuk melegitimasi IMM adalah organisasi yang berpihak kepada masyarakat.

Kondisi IMM hari ini tentu berbeda dengan kondisi sewaktu IMM dilahirkan. IMM hari ini tidak terlalu mengasyikkan untuk membahas identitas gerakan IMM, entah karena konsep itu sudah sempura dan tidak dibukanya pintu ijtihad dalam IMM, atau pijakan IMM yang sudah terlalu nyaman dan kecaman-kecaman dari eksternal sudah berkurang yang berbeda jauh sewaktu kelahira. Membuat IMM terperangkap di zona nyaman yang mengakibatkan eksistensi  IMM sedikit kehilangan di Masyarakat. Malahan Orientasi kader IMM adalah orientasi struktural kepengurusan yang tidak dibarengi dengan suksesi kepemimpinan,  yang berlomba untuk menduduki struktural tertinggi di IMM dengan alasan politis pribadi. Padahal dalam momentum musyawarah ikatan seharusnya dijadikan sebagai wadah reflektif 4 tahun kemarin sekaligus untuk merumuskan gagasan yang lebih progresif-revolusioner IMM untuk 4 tahun kedepannya. Sehinggan identitas IMM tidak pudar seiring berkembangnya Zaman.

Oleh karena itu, perlu kiranya ditanamkan dalam jati diri kader untuk tetap merawat idealisme gerakan IMM yang menjadi nafas perjuangan kita. Enam penegasan seharusnya selalu menjadi pegangan dalam tubuh kader dan ikatan sebagai organisasi yang tetap konsisten untuk berpihak kepada rakyat (Teologi-almaun) dengan kesadaran kolektif kadernya. Dengan menyelami idealisme IMM yang kemudian diaktualisasikan kedalam tatanan praksis gerakan, akan dengan sendirinya membentuk kesadaran kolektif bersama diantara heterogennya pemikiran kader-kader IMM. Yang kemudian Idealisme gerakan itu juga yang akhirnya mempertemukan kita dalam dialektika gerakan dan identitas IMM .